Selasa, 29 Januari 2013

proposal penelitian " pengaruh penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor pada siswa kelas VIII di SMPN 6 bukittinggi"


PROPOSAL

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN   
DENGAN HUMOR PADA SISWA KELAS
VIII DI SMPN 6 BUKITTINGGI
Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika

                                                                     

SUSANTI MAIYUSRI
(2410.034)


Dosen pembimbing
Imamuddin, M.Pd


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
SUMBAR
2013

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul pengaruh penerapan strategi pembelajaran menyenangkan  dengan humor pada siswa VIII di smpn 6 bukittinggi ”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1.      Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan dukungan dalam berbagai hal.
2.      Bapak Imamuddin,M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
3.      Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika.

Bukittinggi,    Januari 2013

Penulis


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Batasan Masalah
D.    Rumusan Masalah
E.     Tujuan Penelitian
F.      Manfaat Penelitian
E.   Definisi Operasional
BABII KAJIAN TEORI
A.    Landasan Teori
B.     Kerangka Konseptual
C.     Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian
B.       Rancangan Penelitian
C.       Populasi dan Sampel
D.      Variabel dan Data
E.       Prosedur Penelitian
F.        Instrumen Penelitian
G.      Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang berperan penting dalam menghasilkan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya. Pada suatu negara sumber daya manusia yang berkualitas dan berpotensi sangat dibutuhkan dalam kelangsungan suatu negara.
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan sangat dibutuhkan manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada negara tersebut dengan penuh tanggungjawab. Hal itu dapat tercapai dengan pendidikan yang baik.
Melalui pendidikan terjadi proses pendewaaan diri sehingga dalam mengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tanggung jawab yang besar. Mengingat peranan penting dari pendidikan, ini menjadi tanggung jawab kita bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan dari waktu ke waktu.  Sebagai mana terihat dalam tujuan pendidikan nasional :
“ pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan menusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggungjawab kemasyarakatan dan kemanusiaan[1].”
Sejalan dengan ayat berikut :
“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia  melainkan supaya mereka menyembahku”( QS Al Dzariyat : 56)[2].
Dari ayat diatas pendidikan islam harus mampu membentuk insan-insan pendididkan yang menyadari bahwa segala perilaku hidupnya baik yang bersifat individual maupun yang bersifat sosial selalu berorientasi ibadah kepada Allah. Dalam prespektif islam, tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan didunia dan diakhirat yang segala aktivitasnya dtempatkan pada kerangka beribadah kepada Allah.  Untuk itu matemaika seharusnya dapat dipelajari dengan senang tanpa paksaan.
Secara khusus kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu berfungsi pula utnuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya[3]. Pendidikan  yang berkembang saat ini pun tidak terlepas dari peranan matematika dalam kedudukannya sebagai ratu ilmu.
Mengingat pentingnya peranan matematika tak dipungkiri pun pemerintah telah berusaha dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika, hal ini terlihat dari diadakannya sertifikasi, pelatiahn-pelatihan dan sosialisasi suatu program pendidikan dan banyak lagi. Pemerintah juga berupaya m,enyediakan buku-buku pelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Selain itu juga adanya siaran pendidikan, seperti tv edukasi. Semua hal telah dilakukan pemerintah , seharusnya dapat mendukung dan meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar.
Walaupun telah berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan terutama dibidang matemaika, namun ysng terjadi dilapangan berkaitan dengan hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika juga terjadi di SMPN 6 Bukittingi, dimana berdasarkan data yang penulis peroleh nilai siswa masih banyak yang belum mencapai standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel nilai rata-rata ulangan harian siswa VIII1,VIII5,VIII6 SMP Negeri 6 bukittinggi
No
Kelas
Jumlah siswa
Nilai rata-rata
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
1
VIII1
36
46.16
8
28
2
VIII5
36
55.75
9
27
3
VIII6
33
53.64
7
26

Tabel 1 menunjukan hasil belajar matematika masih tergolong rendah, sebab persentase ketuntasan yang dicapai siswa masih dibawah 50% dan rata-rata nilai ulangan harian siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Mininal(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk matematika yakni 70.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMPN 6 Bukittinggi, siswa masih kurang memahami pelajaran matematika dan cenderung hanya mangikuti apa yang mereka catat di buku catatan mereka tanpa memahami apa yang telah mereka tulis. Sehingga ketika meyelesaikan masalah yang sedikit dirubah pola pikir dari yang dicataan mereka sedikit kebingungan dan beberapa dari mereka bahkan salah sama sekali.
Masalah minim nya waktu dan banayknya materi yang akan dipelajari siswa pun membuat guru harus “kejar tayang” dalam menyampaikan materi, karena mengingat waktu yang ada. Sehingga siswa dengan kemampuan yang tergolong rendah, sulit untuk memahani materi dalam waktu yang siswa.
Menurut hasil pengamatan dilapangan pun, siswa cepat merasa bosan. Terutama ketika jam pelajaran sudah brlalu 20 menit, siswa meresa gelisah, tidur-tiduran, mengganggu teman mereka dan mencoret-coret catatan. Hal tersebut menunjukan perasaan bosan, jenuh, dan tidak nyaman  dalam pembelajaran. Mereka terpaksa berhadapan dengan kenyataan yang tidak dapat dielakan, kecuali interaksi dengan lingkungan yang kurang menyenangkan. Hal lain juga menunjukan bahwa sebuah “kebahagian” yang dirasakan para siswa saat guru yang bersangkutan berhalangan hadir.
Ketidaksenangan belajar itu akan semakin tinggi, jika karakteristik mata pelajaran yang diajarkan guru yang bersangkutan tergolong mata pelajaran yang dianggap dan dirasakan paling sulit oleh sebagian besar siswa seperti matematika[4].  Ketidaknyamanan akan meyebabkan tidak optimalnya hasil belajar yang akan diperoleh oleh para siswa.
Penelitian herman nirwana mengungkapkan bahwa banyak siswa meninggalkan pelajaran matematika si beberapa SMA di sumatra barat sebelum pelajaran selesai. Diantara empat mata pelajaran yang diteliti (fisika, kimia, bahasa inggris dan matematika), ternyata pada mata pelajaran matematika paling banyak siswa absen dan dan meninggalkan kelas sebelum pelajaran selesai. Hal ini menurut herman, mengindikasikan bahwa pelajaran matematika termasuk salah satu mata pelajaran yang kurang disukai siswa[5].

Hasil penelitian dalam pembelajran pada dekade terakhir mengungkapkan bahwa belajar akan efektif, jika peserta didik dalam keadaan gembira. Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberi efek yang luar biasa terhadap capaian hasil belajar peserta didik[6].   
Kajian tentang humor dalam pembelajaran dirasakan masih sangat langka. Terutama dalam konteks ilmiah dan akademis Indonesia. Belum banyak pakar yang menulis tentang pentingnya humor dalam pembelajaran.
Sebagai tindak lanjut dalam mencari pemecahan dari masalah-masalah tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian  dengan judul “PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BELAJAR MENYENANGKAN DENGAN HUMOR PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 BUKITTINGGI


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Pembelajaran masih berpusat pada guru
2.      Kurangnya aktivitas siswa selama pembelajaran
3.      Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi
4.      Siswa tampak bosan dalam mengikuti pembelajaran
5.      Sedikitnya siswa yang bertanya pada guru mengenai materi yang tidak mereka pahami
6.      Pembelajaran berjalan lambat karena penyampaian materi sering diulang
7.      Anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
8. Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

C.    Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu:
1.      Aktifitas siswa selama mengikuti strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
2.      Aktivitas guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
3.      Respon siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
4.      Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah aktifitas siswa kelas VIII SMPN 6 Bukittinggi dengan penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor ?
2.      Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
3.      Bagaimana respon siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi

4.      Apakah hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor di SMPN 6 Bukittinggi?

E.     Tujuan penelitian 
Tujuan penelitian ini adalah:
1.         Untuk mengetahui aktifitas siswa kelas VIII SMPN 6 Bukittinggi dalam  penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor.
2.         Untuk mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
3.         Untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
4.         Mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dan  yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan penerapan strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor di SMPN 6 Bukittinggi.


F. Manfaat  Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
  1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melakukan penilaian pada proses belajar mengajar matematika yang berbasis kelas.
  2. Bagi siswa agar aktif dalam mengembangkan dan menunjukkan tentang kompetensi siswa diluar hasil tes.
  3. Bagi calon guru matematika umumnya yaitu sebagai bekal ilmu, keterampilan dan pedoman untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan yang berdasarkan KTSP.

G. Definisi Operasional
a.       Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan
b.      Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran  yang menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa adaya peradasaan terpaksa atau tertekan.
c.       Humor
Humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengaran merasa tergelitik perasaan lucunya sehingga terdorong untuk tertawa

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Landasan Teori
1.      belajar dan pembelajaran
dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau menurut fudyartanto ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimilikinya sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Sedangkan pengertian belajar menurut fontana adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.”
      menurut  konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi. Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif[7].
sedangkan menurut hilgrad dan bower(fudyartanto,2002) belajar (to learn) memiliki arti 1)to gain knowledge,comprehension,or mastery of trough experience or study;2) to fix in the mind or memory;memorize;3) to acquire trough experience;4)to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian ,memperoleh pengetahuan atau penguasaan pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan[8].
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik
Menurut Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa(fisik dan nonfisik) dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan dating(life skill)[9].
Menurut konsep komunikatif, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peran-peran tersebut bisa berubah yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa[10]
Pembelajaran meruapakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tuimbuh dan berkembang secara optimal.
2.      Strategi pembelajaran yang menyenangkan
Strategi pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran, strategi pembelajaran terkait dengan bagaimana materi disiapkan, metode apa yang terbaik untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut, dan bagaimana bentuk eveluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran[11].
Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika sebelum melaksanakan pembelajaran matematika di kelas, biasanya dibuat secara tertulis mulai dari telaah kurikulum ( khususnya GBPP, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis pembelajaran matematika), penyusunan Program Tahunan (PT), Program Catur Wulan (PCW), Program Satuan Pelajaran (PSP/satpel), sampai dengan Rencana Pembelajara (RP/renpel).
Pengertian strategi pembelajaran (matematika) adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksaan pembelajaran berlajan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bias tercapai secara optimal[12].
Menurut mulyasa, pembelajaran yang menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa adaya peradasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, bak guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran[13].
Joyful Learning (pembelajaran menyenangkan) merupakan metode pembelajaran yang melibatkan rasa senang, bahagia, dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada dalam proses belajar mengajar. Di sini terdapat keterikatan cinta dan kasih sayang antara fasilitator dan peserta diklat maupun antar peserta diklat. Tak ubahnya seperti ikatan cinta antara sepasang kekasih, keterikatan hati di dalam proses belajar mengajar akan membuat masing-masing pihak berusaha memberikan yang terbaik untuk menyenangkan pihak lain. Fasilitator dengan semangat menggebu-gebu akan berusaha optimal memimpin kelas dengan cara yang paling menarik, sedangkan peserta dengan antusias dan berlomba-lomba ikut aktif ambil bagian dalam setiap kegiatan. Dengan demikian, Joyful Learning menjadi sarana yang membuat fasilitator maupun peserta diklat menjadi betah menjalani sesi demi sesi pelajaran sehingga hasilnya akan maksimal[14].
      Pembelajaran yang menyenagkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya ketelibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, lingkungan belajar yag menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenanangkan apabila suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajara monoton, pembelajaran tidak menarik siswa [15].
3.      Humor matematika
a.       Sejarah Humor
Humor mungkin sudah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin, sudah menyatu dengan kelahiran manusia. Jika dilacak asal-usulnya, humor berasal dari kata Latin umor yang berarti cairan . Sejak 400 SM, orang Yunani Kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu. Darah menentukan suasana gembira (sanguine), lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius, dan licik (Manser, 1989). Teori mengenai cairan itu merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor[16].
b.      Pengertian Humor
Menurut James Dananjaya Humor berasal dari istilah inggris yang mulanya memiliki beberapa arti, namun semua berasal dari suatu istilah yang berarti cairan[17].
Humor identik dengan segala sesuatu yang lucu, yang membuat orang tertawa. Pengertian awam tersebut tidaklah keliru. Dalam Ensiklopedia Indonesia (1982), seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (1990), “Humor itu kualitas untuk menghimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilannya atau ketidakpantasannya yang menggelikan; paduan antara rasa kelucuan yang halus di dalam diri manusia dan kesadaran hidup yang iba dengan sikap simpatik.”[18]
Arwah Setiawan (dalam Suhadi, 1989), mengatakan sebagai berikut: Humor itu adalah rasa atau gejala yang merangsang kita untuk tertawa atau cenderung tertawa secara mental, ia bisa berupa rasa, atau kesadaran, di dalam diri kita (sense of humor); bisa berupa suatu gejala atau hasil cipta dari dalam maupun dari luar diri kita. Bila dihadapkan pada humor, kita bisa langsung tertawa lepas atau cenderung tertawa saja; misalnya tersenyum atau merasa tergelitik di dalam batin saja. Rangsangan yang ditimbulkan haruslah rangsangan mental untuk tertawa, bukan rangsangan fisik seperti dikili-kili yang mendatangkan rasa geli namun bukan akibat humor [19].
c.        teori humor
kaplan dan pascoe, menyatakan bahwa ada banyak teori tentang humor, tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) kelompok teori psikologi, (2) kelompok teori antropologi, dan (3) teori kebahasaan.
1.       kelompok teori psikologi
Teori humor pada kelompok toeri psikologi terdiri dari delapan subkelompok yaitu
a)       teori superioritas
            menurut teori ini asal atau sumber humor adalah “kelebihan” atau “keunggulan” atasn orang atau pihak lain.
b)       teori revolusi
menurut teori ini humor dianggap telah muncul sejak awal kehidupan manusia, sebelum proses kognitif yang kompleks terbentuk.
c)       teori inkongruitas
                                                menurut teori , humor akan terjadi apabila ada peningkatan ingkongruitas, apabila sebaliknya  yang terjadi,  yang akan muncul bukan humor melainkan rasa heran.
d)      teori kejutan
                                                pengikut teori ini mengungkapkan bahwa kejutan , pendadakan, atau ketiba-tibaan  marupakan kondisi yang dapat menimbulkan humor.
e)       teori kelepasan
                                                fungsi humor menurut teori ini , membebaskan orang dari keterkukungan dan dari perasaan yang tidak enak atau penderitaan, atau bahkan juga dapat melepaskan manusia dari “tekanan” yang berlebihan.
f)        teori konfigurasi
                                                menurut teori ini, adanya peningkatan pemahaman terhadap situasi yang ada (yang dihadapi) akan memunculkan apresiasi secara tiba-tiba.
g)       teori psikoanalisis
                                                teori ini menyatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan cenderung utnuk menjurus kepada pelepasan energi kejiwaan.
h)       teori ambivalensi
                                                teori ini menyatakan nahwa apabila timbul emosi atau perasaan yang bertentangan ( misalkan dengan perasaan pertama), situasi ini potensial untuk melahirkan humor.
2.       kelompok teori antropologi
                                         Humor pada umumnya terjadi antara sekelompok manusia, setidak-tidaknya diantara dua oramg insan. Seorang humoris dan pendengar humor haruslah berada dalam situasi atau ikatan tertentu agar humor itu dapat terjadi.
                                         Ilmu antropologi yang mengkaji humor memusatkan diri pada relasi humor (joking relationship) diantara siapa saja atau dalam ikatan kekerabatan yang bagaimana humor itu dapat terjadi.
3.       kelompok teori kebahasaan
                                    Berdasarkan teori ini, tingkah laku manusia ataupun kehidupan pribadinya telah tepapar dan terekam dalam sebuah peta semantis. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada peta tersebut akan merusak keseimbangan dan akan menimbulkan kelucuan.[20]
d.      kajian empiris tentang humor
1.       lima manfaat humor
                                      Manfaat humor antara lain :
a)      humor sebagai pemikat perhatian siswa.\
b)      humor membantu mangurangi kebosanan dalam belajar
c)      humor membantu mencairkan ketengangan di dalam kelas.
d)     humor membantu mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar
e)      humor untuk memudahkan komunikasi dan interaksi[21].
2.      humoris peringkat satu
                               Hasil penelitian darmansyah yang dilaksanakan dengan memberikan kuis terhadap 240 orang mahasiswa jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya yang terdiri dari semester 2,4, dan 6. Pertanyaan yang diajukan bagaimana pendapat mereka tentang dosen idela dan favorit yang paling banyak disukai. Untuk emnjawab pertanyaan tersebut, mereka masing-masing dipersilahkan memilih 10 kata yang dianggap paling mewakili sosok dosen ideal tersebut.      
                                           Hasil tersebut mengungkapkan bahwa mahsiswa menempatkan kata “humoris” paling banayk dipilih untuk menuliskan karakteristik dosen idela yang mereka senangi. Penelitian ini menegaskan bahwa humor panting dalam proses pembelajaran.[22]          

e.       contoh humor dalam matematika
1. Uang 100 Ribu Dibagi 2
Guru: Lina, kamu punya uang seratus ribu. se 1/2 bagian kamu beri Ibumu. Berapa sisa uangmu sekarang...?. Lina: pasti habis semua.
Guru: Kenapa kamu jawabannya ngawur?
Lina: Yaaa.., bu guru tidak tahu sifatnya ibu saya..
2. Ulangan Matematika
Pada suatu hari, Rio sedang mengerjakan ulangan matematika di sekolahnya. Isi ulangan tersebut hanyalah perkalian sembilan dari satu sampai sepuluh, namun Rio bingung.
Jadi inilah yang dilakukan Rio:
1. Rio menulis nol sampai sembilan dari atas ke bawah.
2. Rio menulis nol sampai sembilan dari bawah ke atas.
Besoknya, Rio melihat ada angka 10 di kolom nilai ulangannya. Ternyata inilah yang dilakukannya:
1 x 9 = 09
2 x 9 = 18
3 x 9 = 27
4 x 9 = 36
5 x 9 = 45
6 x 9 = 54
7 x 9 = 63
8 x 9 = 72
9 x 9 = 81
10 x 9 = 90
Itulah hokinya si Rio pada hari tersebut.[23]
            Umur 2 Kali Lipat
Dua orang remaja mahasisiwi dari AMPTA, jurusan Perhotelan di Jogyakarta. Sedang berbicara asyik, tentang adik adiknya masing masing.

Mati 1 Tumbuh 1000
Ara : ada 10 prajurit ditembak 2 sekarang tinggal berapa?
Dodi: ya tinggal 8 prajurit
Ara : salah yg bener 2008
Dodi: kok bisa?
Ara : kan mati 1 tumbuh 1000
Alasan Aja
Guru : Adi 5 x 5 berapa
Adi : 25 bu guru (jawab adi dengan santainya )
Guru : Bagus Pintaar, iwan kalau 6 x 6 berapa
iwan : titiga ppuluh ennam bu (sambil terbata iwan menjawab)
Guru : bagus juga, kamu tukul kalau 4x4 berapa?
Tukul : ah ibu, kalau giliran yang susah-susah tukul yang di suruh menjawab (sambil menundukan kepala tukul menjawab)
Guru :$#^&&(*)_(_&&
).[24]

      4.  Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar, sebab belajar dan mengajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan.
Aktivitas siswa adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas ini meliputi mendengar atau memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif, membaca atau memahami kontekstual di buku siswa, menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban dan cara menjawab masalah kontekstual, mengemukakan pendapat pada guru atau teman, berdiskusi atau bertanya antara sesama teman, berdiskusi atau bertanya antara sesama siswa, menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur, dan perilaku yang tidak relevan selama pembelajaran.
Berbagai macam aktivitas dapat dilakukan siswa di dalam kelas. Paul B. diedrich membagi aktivitas belajar siswa sebagai berikut:
a.       Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b.      Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.       Listening activities, seperti: mendengarkan.
d.      Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket.
e.       Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik.
f.       Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi.
g.      Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
h.      Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenang, gugup.[25]

Setelah disesuaikan dengan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) maka, aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti tabel berikut:
Tabel 4 : Aktivitas yang akan diamati
No
Indikator aktivitas
Aktivitas yang diamati
1
1
2
Visual activities
3
Membaca materi pelajaran yang dibantu oleh LKS
2
Oral activities
Bertanya sewaktu pelajaran
Menjawab pertanyaan
Mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
3
Mental activities
Menanggapi sewaktu berdiskusi
Memecahkan soal sewaktu berdiskusi

4.              Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Sebuah proses maka sudah barang tentu harus ada yang diproses dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan tingkah laku tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution tentang hasil belajar yaitu:

 “ Suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar”.[26]

Sedangkan Arikunto mendefenisikan bahwa hasil belajar itu merupakan  hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati atau diukur.[27] Jadi Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes.
Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan  yang ada pada kurikulum sekolah.[28]
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.[29]

B.     Kerangka konseptual
Berdasarkan masalah dan teori yang telah ditemukan, maka peneliti dapat memberikan gambaran dalam proses pembelajaran seorang guru, daalam menggunakan model pembelajaran menyenaangkan dengan humor yang diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Kemudian diberikan tes dan hasilnya diperbandingkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.

 













C.    Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor lebih baik dari pada siswa yang tidak mengikuti strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor di kelas VIII SMP Negeri 6 Bukittinggi tahun pelajaran 2012/ 2013.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain[30]. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pra-eksperimental yaitu penelitian yang mengandung beberapa dari eksperimental, dalam jumlah yang kecil, karena itu penelitian yang demikian itu tidak dapat dikatakan sebagai benar-benar eksperimental[31].

B.     Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison Randomized Control Group Only Design. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
C.     Tabel II. Bagan Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Tes Akhir
(K) E
X
T2
(K) C
-
T2

Keterangan:
(K) E   : Kelas eksperimen
(K) C   : Kelas kontrol
 X     : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu pembelajaran dengan media komik.
 T2      : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian[32]

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[33] Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 6 Bukittinggi, yang terdaftar tahun ajaran 2012/2013.
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[34] Sampel yang dipilih haruslah dapat mewakili dan menggambarkan keseluruhan karakteristik dari populasi.
maka dalam penentuan sampel yang akan dilakukan langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
a.       Mengumpulkan data nilai ulangan harian 5 matematika kelas VIII SMPN 6 bukittinggi tahun ajaran 2012/2013, kemudian dihitung ratanya.
b.      Melakukan uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi berdstribusi normal atau tidak.
Dengan hipotesis :
       H0 = populasi berdistribusi normal
       H1 = populasi tidak berdistribusi normal
                   Untuk melihat sampel berdistribusi normal, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Tentukan harga  ( nilai rata-rata) dan s (standar deviasi)
2.      Tentukan harga Zi dengan rumus : Zi = (xi - )/s
3.      Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (P < Zi)
4.      Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih baku atau sama Zi yang dinyatakan dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus:
    
5.      Menghitung selisih F (Zi) – S(Zi), kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6.      Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol Lo.  Lo = maks  
7.      Bandingkan nilai Lo yang diperoleh dengan nilai Lo yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika Lo ≤ Ltabel maka Ho diterima. Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa Lo < Ltabel maka Ho diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.[35]

c.       Uji homogenitas variansi
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai varian yang hmogen atau tidak.
Hipotesis yang dilakukan :
       H0 = Data dari populasi mempunyai variansi homogen
       H1 = Data dari populasi mempunyai variansi tidak homogen
       Untuk menentukan uji homogenitas, digunakan uji Bartlett yang langkah-langkahnya :
1.      Hitung variansi masing-masing kelompok
2.      Hitung variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus  :
S2
3.      Menghitung harga satuan bartlett,
dengan rumus: B =
4.      Menghitung harga satuan chi-kuadrat (X2)
dengan rumus: X2 =
5.      Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel dengan kriteria bila X2 hitung < X2 tabel untuk taraf  maka populasi homogen.[36]

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, penulis juga menggunakan software Minitab dengan uji Bartlett.

d.      Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah :
1.    Membuat hipotesis
H0 : µ1 = µ 2 = µ3 = µ4 = µ 5 = µ6 = µ7
H1 : Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
2.    Menentukan taraf nyata (α)
3.    Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus
f > f α [ k – 1, N – K].
4.    Menentukan  perhitungan dengan bantuan tabel
Tabel 3. : Data hasil belajar siswa kelas populasi.


Populasi

1
2
3
K
X11
X12
X1n
X21
X22
X2n
X31
X32
X3n

Xk1
Xk2
Xkn


Total
T1
T2
T3
Tk
T
Nilai
Tengah
X1
X2
X3
Xk
X

Perhitungannya dengan menggunakan rumus :
 -
Jumlah Kuadrat Total (JKT) : -
Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom (JKK):
-
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :
Tabel 4. Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi.

Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
(JK)
Derajat Bebas (dk)
Kuadrat Tengah
Fhitung
Nilai tengah kolom
JKK
k-1
Galat
JKG
N-K
Total
JKT
N-K



5.    Keputusannya.
     Ho diterima jika f < f α [ k – 1, N – K]
     Ho ditolak  jika f >f α [ k – 1, N – K].
Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik ANAVA satu arah dengan f < f α [ k – 1, N – K].[37]
e.        Setelah diadakan pengujian terbukti kelas Jika populasi berdistribusi normal, mempunyai variansi yang homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka diambil sampel dua kelas secara loting dan kelas yang terambil pertama ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas yang kedua ditetapkan sebagai kelas kontrol.

D.    Variabel dan Data
1.      Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai ciri  dari individu, objek, gejala, atau peristiwa yang dapat diukur secara kulitatif ataupun secara kuantitatif.[38] Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a.       Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan komik pada mata pelajaran matematika di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
b.      Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
2.      Data
a.       Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)      Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utamanya.[39] Data primer dalam penelitian ini adalah tentang aktifitas, dan hasil belajar matematika siswa yang di peroleh setelah mengadakan eksperimen.
2)      Data sekunder yaitu data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen- dokumen atau data yang telah diarsipkan.[40] Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian matematika kelas VIII semester I  tahun 2012/2013.
b.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1)      Data primer
 Sumber data primer merupakan sumber data yang peneliti himpun sendiri dalam penelitian ini. Sumber datanya adalah dari siswa kelas VII SMPN 6 Bukittinggi yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
2)      Data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang sudah diarsipkan yang diperoleh dari orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari Tata Usaha dan guru bidang studi matematika SMPN 6 Bukittinggi.

E.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam  tiga tahap, yaitu :
1.    Tahap Persiapan
      Hal-hal yang dilakukan dalam  persiapan ini adalah :
a.    menetapkan  jadwal penelitian 
b.    menetapkan  sampel dengan cara random  sample yaitu setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih jadi sampel. Dalam penelitiaan ini peneliti hanya menjadikan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c.    Menyusun humor matematika yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan saat penelitian.
d.   Merancang Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk masing-masing kelas.
e.    Mermbuat kisi-kisi soal tes hasil belajar
f.     Menyusun soal tes yang sesuai denmgan kisi-kisi yang telah dibuat.
g.    Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa.
h.    Melakukan validasi soal tes akhir, dan lembar aktifitas siswa. 
i.      Mempersiapkan observer.

2.    Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pembelajaran pada masing-masing kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran menyenangkan dengan humor  dengan metode diskusi sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi tanpa disertai humor, dan menuliskan Langkah-langkah kegiatan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran menyenangkan dengan humor dan kelas kontrol menggunakan metode diskusi tanpa disertai humor.

3.   tahap penyelesaian
Pada tahap ini peneliti akan memberi kan tes akhir untuk melihat hasil belajar siswa, tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dilakukan analisis untuk menguji hipotesis.

F.      Instrument Penelitian
1.      Lembar Observasi
Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri individu aktif dan nantinya akan divalidasi oleh tiga orang validator. Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa selama proses model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) berlangsung.
Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10 : Aktivitas yang akan diamati
No
Indikator aktivitas
Aktivitas yang diamati
1
Visual activities
membaca materi pelajaran yang dibantu oleh LKS
2
Oral activities
Bertanya sewaktu pelajaran
Menjawab pertanyaan
Mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
3
Mental activities
Menanggapi sewaktu berdiskusi
Memecahkan soal sewaktu berdiskusi

2.      Tes Hasil Belajar
Tes yang akan diujikan dalam tes akhir dibuat dalam bentuk essay dan dibuat sendiri oleh peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut :
1.      Mempelajari kurikulum
2.      Membuat kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel yang memuat tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, rincian materi yang akan diujikan. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam pembuatan soal.
3.      Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan dilakukan, yaitu:
a.       Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.
b.      Mempelajari dan memahami teknik pembuatan soal essay dan membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai dengan kisi-kisi soal.
c.       Membuat kunci jawaban
4.      Melakukan validasi tes
Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi yaitu validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.[41] Jadi, untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan kepada guru mata pelajaran dan dosen.
5.      Uji coba tes.
6.      Analisis soal tes
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.      Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang diteliti secara sadar.[42]
Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:

Keterangan
 = koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
 = Jumlah testee
 = jumlah perkalian antara skor item dan skor total
 = jumlah skor item
 = jumlah skor total

Koefesien korelasi selalu terdapat antar -1,00 sampai +1,00. Kriteria  yang digunakan untuk validitas yaitu:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah[43]

b.      Reliabilitas soal tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketepatan alat penelitian dalam menunjukkan sesuatu yang hendak diukur.
Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:

Keterangan:
 = koefesien reliabilitas tes
 = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
Σ = jumlah varian skor dari tiap item
 = varian total

Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas soal adalah:
1)      Jika 0,80 <  ≤ 1,00 maka reliabilitas soal sangat tinggi
2)      Jika 0,60 <  ≤ 0,80 maka reliabilitas soal tinggi
3)      Jika 0,40 <  ≤ 0,60 maka reliabilitas soal sedang
4)      Jika 0,20 <  ≤ 0,40 maka reliabilitas soal rendah
5)      Jika 0,00 <  ≤ 0,20 maka reliabilitas soal sangat rendah[44]

c.       Menghitung indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal tersebut rendah sedang, atau sulit.
Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:

Keterangan:
 = indeks kesukaran tes
 = banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok tertinggi
 = banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok rendah
 = skor setiap soal jika benar
 = 27% dari peserta tes

Adapun kriteria tingkat kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
 < 27% = sukar
27% ≤  ≤ 73% = sedang
73% <  = mudah[45]

d.      Menghitung indeks pembeda
Indeks pembeda soal adalah kemampuan suatu butir item soal untuk dapat membedakan testee yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah.
Cara menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus:

Keterangan:
 = indeks pembeda soal
 = Rata-rata skor dari kelompok tertinggi
 = rata-rata skor dari kelompok rendah
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok tertinggi
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok rendah
 = 27% dari pengikut tes


Adapun kriteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
0,4 – 1 = Baik Sekali
0,3 – 0,39 = Baik
0,2 – 0.29 = Sedang
0 – 0,19 = Jelek[46]

e.       Klasifikasi soal
Setelah soal dianalisis, soal dapat diklasifikasikan menjadi soal yang dapat dipakai, diperbaiki, atau diganti.
Klasifikasi soal sebagai berikut:
1.      Soal dipakai jika  signifikan dan 0% <  ≤ 100%
2.      Soal diperbaiki jika:
 signifikan dan  = 0% atau  = 100%
 tidak signifikan dan 0% <  ≤ 100%
3.      Soal diganti jika  tidak signifikan dan  = 0% atau  = 100%[47]

G.    Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu keadaan sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.[48] Statistik deskriptif ini juga merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap ketiga variabel, yakni kreativitas, gaya belajar, dan prestasi belajar siswa disajikan melalui analisis deskriptif. Besaran statistik deskriptif antara lain rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode), simpangan baku (standard deviation). Data setiap variabel penelitian ditampilkan dalam bentuk distribusi normal dan gambar grafik. Disamping itu ditentukan pula  besarnya nilai presentase frekuensi.
Rumus yang digunakan untuk mempersentasekan besarnya nilai frekuensi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
f      = persentase distribusi frekuensi
f(abs)          = frekuensi absolut
N   = jumlah total responden
Selanjutnya untuk mempermudah penentuan klasifikasi kondisi tiap-tiap variabel maka ditentukan perhitungan panjang kelas interval. Rumus yang dipakai untuk menghitung panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P                      = panjang kelas interval
Rentang            = data tertinggi – data terendah[49]
Selanjutnya menentukan kecenderungan variabel. Pengkategorian dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standart Deviation Ideal yang diperoleh:
Tingkat kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut:
x ≥ (Mi + 1. SDi)                        : tinggi
(Mi + 1. SDi) > x ≥ Mi   : cukup
Mi > x ≥ (Mi – 1. SDi)    : kurang
x < (Mi – 1. SDi)                        : rendah[50]

2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu  (misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Dengan demikian statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi.[51]

a.    Pengujian Persyaratan analisis
1)              Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji Lilieford  dan dengan menggunakan software MINITAB.

2)              Uji Homogenitas
Untuk keperluan uji homogenitas variansi data variabel kelompok Y (Hasil Belajar Matematika) atas X1 (Kreativitas) dan X2 (Gaya Belajar) dilakukan dengan uji Bartlett yang berfungsi menguji homogenitas variansi  antar kelompok.[52]

b.   Pengujian Hipotesis
1)   Pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara bersama-sama
a.    Persamaan regresi
Adapun rumus regresi linier berganda adalah:
Y          = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a           = Konstanta
b1          = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2          = Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1        = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2        = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i

b.   Koefisien korelasi
Digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih  variabel bebas X secara bersama-sama dengan satu variabel terikat Y. Koefisien korelasi ganda dirumuskan sebagai berikut:

Ket:
 kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel terikat y
kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2 [54]
Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r   = koefisien korelasi
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[55] Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0                                   : tidak berkorelasi
0,01 – 0,20                   : sangat rendah
0,21 – 0,40                   : rendah
0,41 – 0, 60                    : agak rendah
0,61 – 0,80                     : cukup
0,81 – 0,99                     : tinggi
1                                                          : sangat tinggi[56]

c.    Koefisien Determinasi berganda
Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi berganda.
Dari koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi berganda dapat dihitung yaitu:
KD = r2 x 100%[57]

d.   Pengujian hipotesis regresi berganda
Digunakan uji F, uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Terlebih dahulu diajukan hipotesis:
H0   : tidak ada pengaruh kreatifitas dan gaya belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
H1     :  ada pengaruh kreatifitas dan gaya belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
adapun rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut :
Keterangan:
 = Jumlah kuadrat regresi
 = Jumlah kuadrat residu
n        = banyak data
k        = banyak variabel bebas
Untuk menentukan kriteria pengujian, maka membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Apabila Fhitung Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Taraf yang digunakan biasanya 5% (0,05) atau 1% (0,01).[58]

2)   Pengaruh kreatifitas  dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara parsial
a.    Persamaan regresi
Menggunakan regresi linier sederhana, regresi linier sederhana adalah regresi linier yang mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Adapun rumus rumus regresi linier sederhana adalah:
, dan 
Keterangan:
Y          = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a           = Konstanta
b1          = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2          = Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1        = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2        = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar

b.   Uji linieritas
Pemeriksaan kelinearan regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa regresi linier melawan hipotesis tandingan yaitu regresi tidak linier.
Uji ini dilakukan dengan mencari nilai uji F dengan rumus:
Ket:
 = rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok
= rata-rata jumlah kuadrat tuna error
 Jika nilai Fhitung  < F tabel  maka data berdistribusi linier dengan α 5% [59].

c.    Uji hipotesis regresi sederhana
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, maka dilakukan uji t. Terlebih dahulu diajukan hipotesis.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 :
1.    tidak ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.    tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
H1 :
1.    ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika siswa
2.    ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan
b           = Koefisien regresi
β           = Probabilitas interval
Sb         = Standart error
Setelah dilakukan analisis data dan diketahui hasil perhitungannya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Kriteria untuk penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah jika nilai thitung ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Nilai thitung  ttabel,  maka H0 ditolak dan H1 diterima. atau dengan melihat signifikansi t alpha 0,005 maka H0 diterima dan H1 ditolak.[60]

d.   Koefisien Korelasi sederhana
Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r  = koefisien korelasi
n  = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[61] Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0                                   : tidak berkorelasi
0,01 – 0,20                   : sangat rendah
0,21 – 0,40                     : rendah
0,41 – 0, 60                    : agak rendah
0,61 – 0,80                     : cukup
0,81 – 0,99                     : tinggi
1                                               : sangat tinggi[62]

e.    Koefisien determinasi sederhana
Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Jika persamaan regresi linier Y dan X telah ditentukan dan sudah dapat koefisien arah b, maka koefisien r2 dapat ditentukan oleh rumus:
Dari nilai koefisien korelasi dapat dihitung  koefisien determinasi yaitu dengan rumus :
KD = r2 x 100%[64]

f.     Korelasi parsial
Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y, yang salah satu bagian variabel bebasnya dianggap konstan atau tetap. Untuk mengontrol pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun variabel gaya belajar (X2), dilakukan pengujian korelasi parsial. Jika pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun pengaruh variabel gaya belajar (X2) dikendalikan (dikontrol) maka diperoleh koefisien korelasi parsial dengan harga tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi parsial adalah:
ü  Hubungan antara variabel kreatifitas dengan hasil belajar , apabila variabel gaya belajar dianggap tetap atau konstan :
ü  Hubungan antara variabel gaya belajar dengan hasil belajar , apabila variabel kreatifitas dianggap tetap atau konstan :
Ket:
 koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel  bebas gaya belajar  (X2)
 koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel bebas kreatifitas (X1)
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
 koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2[65]






DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, 2007.  pendidikan humanistic, Jogjakarta:Ar-Ruzz media grup
Erman Suherman, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:JICA
Darmansyah, 2011. Strategi pembelajaran menyenagkan dengan humorjakarta: bumi aksara,
Syah Muhibbin, 2007. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosa Karya
Baharuddin dkk, 2010.  teori belajar dan pembelajaran, Jogjakarta:Ar-Ruz media
Kunandar, 2010. guru professional jakarta:rajawali  pers.
Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, 1982 .Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jakarta: Grasindo
 Suharsimi Arikunto, 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sudjana, 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya,
Sumadi Suryabrata, 2004. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Ronal, E. Walpole, 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
M. Chabib Thoha, 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo.
Suharsimi Arikunto, 1999 Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Pratiknyo Prawironegoro, 1985. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, Jakarta: C.V Fortuna.
Anas Sudijono, 2008 Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono, 2009 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Bandung: CV Alfa Beta.
Mardapi  Djemari, 2008 Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes, Yogyakarta: Mitra Cendeki
Ali Sambas Muhidin,dkk, 2009 Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,),h.31
Husaini Usman, 2009,  Pengantar Statistika, Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, 2003.  Metode Statistika, Bandung: Tarsito



[1] Baharuddin, pendidikan humanistic(Jogjakarta:Ar-Ruzz media grup,2007)hal 23
[2] Baharuddin, pendidikan humanistic(Jogjakarta:Ar-Ruzz media grup,2007)hal 24
[3] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:JICA 2001), hal. 29
[4] Darmansyah, Strategi pembelajaran menyenagkan dengan humor(jakarta: bumi aksara, 2011) hal 7
[5] Darmansyah, Strategi.....hal  8
[6] Darmansyah, Strategi ......3

[7] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosa Karya ) hal: 90
[8] Baharuddin dkk, teori belajar dan pembelajaran(Jogjakarta:Ar-Ruz media, 2010) hal 13
[9] Kunandar, guru professional (jakarta:rajawali  pers, 2010)hal 287
[10] Erman suherman, strategi.... hal  9
[11] Darmansyah, Strategi ....17
[12] Erman Suherman, Strategi ….,hal. 6
[13] http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/jgri1331699416.pdf
[15] http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/jgri1331699416.pdf
[17] Darmansyah, strategi…., h 65
[20] Darmansyah, strategi....., hal 95-101
[21] Darmansyah, strategi....hal 102-106
[22] Darmansyah, strategi....hal 107-111
[24] http://pucuk.wordpress.com/category/humor-matematika/
[25] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.101
[26] Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar,( Jakarta: Grasindo,1982) hal.25
[27] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Hal.133
[28] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosda Karya, 2004), Hal.22

[29] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1989), Hal.111
[30] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-16, h. 88
[31] Sumadi Suryabrata,..., h.99
[32] Sumadi, ...,h.104
[33] Suharsimi Arikunto, Prosedur…, h.130
[34] Suharsimi Arikunto,….h.131
[35] Nana  Sudjana...,h.466
[36] Sudjana, … , h.261
[37] Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993), h. 383
[38] Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah,... h.23
[39] Sumadi Suryabrata,...h.84
[40] Sumadi Suryabrata,...h.85
[41] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), h.111
        [42] Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),h.79
[43] M. Chabib Thoha, Teknik…, h.115
[44] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, (Jakarta: C.V Fortuna, 1985), h.4
[45] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi ..., h.14
[46] Pratiknyo, Evaluasi …, h.11
[47] Pratiknyo, Evaluasi …, h.16
[48] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4
[49] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, ( Bandung: CV Alfa Beta, 2009), h.189
[50] Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes, (Yogyakarta: Mitra Cendeki, 2008),h.123
[51] Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009),hal 53
[52] Sudjana, Metode Statistika,( Bandung: Tarsito, 2003),hal 261
[53] Sudjana, … , h.315
[54] Sudjana, … , h.385
[55] Anas Sudijono,Pengantar Statistik pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.186
[56] Husaini Usman, Pengantar Statistika, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[57] Jonatan Sarwono, … , h.89
[58] Sudjana, … , h.355
[59] Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009). Hal 89
[60] Sudjana, … , h.325
[61] Anas Sudijono,Pengantar Statistik pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.186
[62] Husaini Usman, Pengantar Statistika, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[63] Sudjana, … , h.369-370
[64] Jonatan Sarwono, … , h.89
[65] Sambas Ali Muhidin, dkk,  … , h.132

Tidak ada komentar:

Posting Komentar