PROPOSAL
PENGARUH
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN
DENGAN HUMOR PADA SISWA KELAS
DENGAN HUMOR PADA SISWA KELAS
VIII
DI SMPN 6 BUKITTINGGI
Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah
Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika
SUSANTI
MAIYUSRI
(2410.034)
Dosen pembimbing
Imamuddin, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH
M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
SUMBAR
2013
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “pengaruh penerapan strategi
pembelajaran menyenangkan dengan humor
pada siswa VIII di smpn 6 bukittinggi ”. Proposal ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan penyusunan
proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang
telah membantu penulis dengan Do’a dan dukungan dalam berbagai hal.
2. Bapak Imamuddin,M.Pd selaku Dosen
Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Pembelajaran Matematika.
3. Rekan-rekan yang senasib dan
seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.
Semoga
arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi
Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal
ini bermanfaat bagi pembaca serta
dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya
pendidikan matematika.
Bukittinggi, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi
Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat
Penelitian
E. Definisi Operasional
BABII KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
B. Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
B.
Rancangan
Penelitian
C.
Populasi dan
Sampel
D.
Variabel dan
Data
E.
Prosedur
Penelitian
F.
Instrumen
Penelitian
G.
Teknik Analisis
Data
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang
berperan penting dalam menghasilkan manusia yang berkualitas dan berpotensi
dalam arti yang seluas-luasnya. Pada
suatu negara sumber daya manusia yang berkualitas dan berpotensi sangat
dibutuhkan dalam kelangsungan suatu negara.
Dalam
menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan sangat dibutuhkan
manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat membantu menyelesaikan
masalah yang ada negara tersebut dengan penuh tanggungjawab. Hal itu dapat
tercapai dengan pendidikan yang baik.
Melalui pendidikan terjadi proses
pendewaaan diri sehingga dalam
mengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tanggung jawab yang besar.
Mengingat peranan penting dari pendidikan, ini menjadi tanggung jawab kita
bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan dari waktu ke waktu. Sebagai mana terihat dalam tujuan pendidikan
nasional :
“
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
menusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
bertanggungjawab kemasyarakatan dan kemanusiaan[1].”
Sejalan dengan ayat berikut :
“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”( QS Al
Dzariyat : 56)[2].
Dari ayat diatas pendidikan islam
harus mampu membentuk insan-insan pendididkan yang menyadari bahwa segala
perilaku hidupnya baik yang bersifat individual maupun yang bersifat sosial selalu
berorientasi ibadah kepada Allah.
Dalam prespektif islam, tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan didunia dan
diakhirat yang segala aktivitasnya dtempatkan pada kerangka beribadah kepada
Allah. Untuk itu matemaika seharusnya
dapat dipelajari dengan senang tanpa paksaan.
Secara
khusus kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, bahwa matematika itu
sebagai suatu ilmu berfungsi pula utnuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu,
juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan
operasionalnya[3].
Pendidikan yang berkembang saat ini pun
tidak terlepas dari peranan matematika dalam kedudukannya sebagai ratu ilmu.
Mengingat
pentingnya peranan matematika tak dipungkiri pun pemerintah telah berusaha
dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika, hal ini terlihat dari
diadakannya sertifikasi, pelatiahn-pelatihan dan sosialisasi suatu program
pendidikan dan banyak lagi. Pemerintah juga berupaya m,enyediakan buku-buku
pelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Selain itu juga adanya siaran
pendidikan, seperti tv edukasi. Semua
hal telah dilakukan pemerintah , seharusnya dapat mendukung dan meningkatkan
keberhasilan siswa dalam belajar.
Walaupun
telah berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan terutama dibidang matemaika, namun ysng terjadi dilapangan berkaitan
dengan hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar
matematika juga terjadi di SMPN 6 Bukittingi, dimana berdasarkan data yang
penulis peroleh nilai siswa masih banyak yang belum mencapai standar ketuntasan
minimal yang ditetapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel nilai rata-rata
ulangan harian siswa VIII1,VIII5,VIII6 SMP
Negeri 6 bukittinggi
No
|
Kelas
|
Jumlah siswa
|
Nilai rata-rata
|
Jumlah siswa yang
tuntas
|
Jumlah siswa yang
tidak tuntas
|
1
|
VIII1
|
36
|
46.16
|
8
|
28
|
2
|
VIII5
|
36
|
55.75
|
9
|
27
|
3
|
VIII6
|
33
|
53.64
|
7
|
26
|
Tabel
1 menunjukan hasil belajar matematika masih tergolong rendah, sebab persentase
ketuntasan yang dicapai siswa masih dibawah 50% dan rata-rata nilai ulangan
harian siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Mininal(KKM) yang ditetapkan
oleh sekolah untuk matematika yakni 70.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru matematika SMPN 6 Bukittinggi, siswa masih kurang
memahami pelajaran matematika dan cenderung hanya mangikuti apa yang mereka
catat di buku catatan mereka tanpa memahami apa yang telah mereka tulis.
Sehingga ketika meyelesaikan masalah yang sedikit dirubah pola pikir dari yang
dicataan mereka sedikit kebingungan dan beberapa dari mereka bahkan salah sama
sekali.
Masalah
minim nya waktu dan banayknya materi yang akan dipelajari siswa pun membuat
guru harus “kejar tayang” dalam menyampaikan materi, karena mengingat waktu
yang ada. Sehingga siswa dengan kemampuan yang tergolong rendah, sulit untuk
memahani materi dalam waktu yang siswa.
Menurut
hasil pengamatan dilapangan pun, siswa cepat merasa bosan. Terutama ketika jam
pelajaran sudah brlalu 20 menit, siswa meresa gelisah, tidur-tiduran,
mengganggu teman mereka dan mencoret-coret catatan. Hal tersebut menunjukan
perasaan bosan, jenuh, dan tidak nyaman
dalam pembelajaran. Mereka terpaksa berhadapan dengan kenyataan yang
tidak dapat dielakan, kecuali interaksi dengan lingkungan yang kurang
menyenangkan. Hal lain juga menunjukan bahwa sebuah “kebahagian” yang dirasakan
para siswa saat guru yang bersangkutan berhalangan hadir.
Ketidaksenangan
belajar itu akan semakin tinggi, jika karakteristik mata pelajaran yang
diajarkan guru yang bersangkutan tergolong mata pelajaran yang dianggap dan
dirasakan paling sulit oleh sebagian besar siswa seperti matematika[4]. Ketidaknyamanan akan meyebabkan tidak
optimalnya hasil belajar yang akan diperoleh oleh para siswa.
Penelitian herman
nirwana mengungkapkan bahwa banyak siswa meninggalkan pelajaran matematika si
beberapa SMA di sumatra barat sebelum pelajaran selesai. Diantara empat mata
pelajaran yang diteliti (fisika, kimia, bahasa inggris dan matematika),
ternyata pada mata pelajaran matematika paling banyak siswa absen dan dan
meninggalkan kelas sebelum pelajaran selesai. Hal ini menurut herman,
mengindikasikan bahwa pelajaran matematika termasuk salah satu mata pelajaran
yang kurang disukai siswa[5].
Hasil
penelitian dalam pembelajran pada dekade terakhir mengungkapkan bahwa belajar
akan efektif, jika peserta didik dalam keadaan gembira. Kegembiraan dalam
belajar telah terbukti memberi efek yang luar biasa terhadap capaian hasil
belajar peserta didik[6].
Kajian tentang humor dalam
pembelajaran dirasakan masih sangat langka. Terutama dalam konteks ilmiah dan
akademis Indonesia. Belum banyak pakar
yang menulis tentang pentingnya humor dalam pembelajaran.
Sebagai tindak lanjut dalam mencari
pemecahan dari masalah-masalah tersebut mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH
PENERAPAN STRATEGI BELAJAR MENYENANGKAN DENGAN HUMOR PADA KELAS VIII DI SMP
NEGERI 6 BUKITTINGGI”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
masih berpusat pada guru
2.
Kurangnya
aktivitas siswa selama pembelajaran
3.
Guru
terlalu cepat dalam menjelaskan materi
4.
Siswa
tampak bosan dalam mengikuti pembelajaran
5.
Sedikitnya
siswa yang bertanya pada guru mengenai materi yang tidak mereka pahami
6.
Pembelajaran
berjalan lambat karena penyampaian materi sering diulang
7.
Anggapan siswa bahwa
matematika adalah pelajaran yang sulit
8. Hasil belajar matematika siswa masih rendah
dengan indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kompetensi
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
C.
Batasan
Masalah
Agar penelitian ini lebih
terfokus, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu:
1.
Aktifitas
siswa selama mengikuti strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada
kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
2.
Aktivitas guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan
humor dalam pembelajaran
matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6
Bukittinggi
3.
Respon
siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada
kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
4.
Hasil
belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran menyenangkan
dengan humor dalam
pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
aktifitas siswa kelas VIII SMPN 6 Bukittinggi dengan penerapan strategi
pembelajaran menyenangkan dengan humor ?
2.
Bagaimana
aktivitas guru dalam melaksanakan
strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada
kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
3.
Bagaimana
respon siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dalam pembelajaran matematika pada
kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
4.
Apakah
hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran penerapan
strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor lebih baik daripada hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran tanpa penerapan strategi pembelajaran menyenangkan
dengan humor di SMPN 6 Bukittinggi?
E.
Tujuan
penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui aktifitas siswa kelas
VIII SMPN 6 Bukittinggi dalam penerapan
strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor.
2.
Untuk mengetahui aktivitas guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran menyenangkan dengan
humor dalam pembelajaran
matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6
Bukittinggi
3.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran menyenangkan
dengan humor dalam
pembelajaran matematika pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Bukittinggi
4.
Mengetahui
hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan
strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor dan yang mengikuti
pembelajaran
tanpa menggunakan penerapan strategi pembelajaran
menyenangkan dengan humor di SMPN 6 Bukittinggi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat:
- Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melakukan penilaian pada proses belajar mengajar matematika yang berbasis kelas.
- Bagi siswa agar aktif dalam mengembangkan dan menunjukkan tentang kompetensi siswa diluar hasil tes.
- Bagi calon guru matematika umumnya yaitu sebagai bekal ilmu, keterampilan dan pedoman untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan yang berdasarkan KTSP.
G. Definisi
Operasional
a.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang
sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan
b.
Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya
terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa adaya peradasaan
terpaksa atau tertekan.
c.
Humor
Humor
adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengaran
merasa tergelitik perasaan lucunya sehingga terdorong untuk tertawa
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Landasan
Teori
1.
belajar
dan pembelajaran
dalam
kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Disini, usaha untuk mencapai kepandaian atau menurut
fudyartanto ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimilikinya sebelumnya. Sehingga
dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami mengerti, dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu.
Sedangkan pengertian belajar menurut fontana adalah “proses perubahan tingkah
laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.”
menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya
dari proses sosialisasi. Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif[7].
sedangkan
menurut hilgrad dan bower(fudyartanto,2002) belajar (to learn) memiliki arti 1)to gain knowledge,comprehension,or mastery
of trough experience or study;2) to fix in the mind or memory;memorize;3) to
acquire trough experience;4)to become in forme of to find out. Menurut
definisi tersebut, belajar memiliki pengertian ,memperoleh pengetahuan atau
penguasaan pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan
mendapatkan informasi atau menemukan[8].
Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik
Menurut
Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses
keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa(fisik dan nonfisik)
dan kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan
dating(life skill)[9].
Menurut konsep komunikatif, pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa
yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai
komunikasikan dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu
pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peran-peran
tersebut bisa berubah yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta
antara siswa dengan siswa[10]
Pembelajaran meruapakan upaya penataan lingkungan yang
memberi nuansa agar program belajar tuimbuh dan berkembang secara optimal.
2. Strategi pembelajaran yang
menyenangkan
Strategi
pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam pembelajaran, strategi pembelajaran
terkait dengan bagaimana materi disiapkan, metode apa yang terbaik untuk
menyampaikan materi pembelajaran tersebut, dan bagaimana bentuk eveluasi yang
tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran[11].
Strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika sebelum melaksanakan
pembelajaran matematika di kelas, biasanya dibuat secara tertulis mulai dari
telaah kurikulum ( khususnya GBPP, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis
pembelajaran matematika), penyusunan Program Tahunan (PT), Program Catur Wulan
(PCW), Program Satuan Pelajaran (PSP/satpel), sampai dengan Rencana Pembelajara
(RP/renpel).
Pengertian
strategi pembelajaran (matematika) adalah siasat atau kiat yang sengaja
direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar
pelaksaan pembelajaran berlajan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil
belajar bias tercapai secara optimal[12].
Menurut mulyasa, pembelajaran yang menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu
proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru
dan siswa, tanpa adaya peradasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan
dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam
hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, bak guru
maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran[13].
Joyful Learning (pembelajaran menyenangkan) merupakan metode pembelajaran yang
melibatkan rasa senang, bahagia, dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada
dalam proses belajar mengajar. Di sini terdapat keterikatan cinta dan kasih
sayang antara fasilitator dan peserta diklat maupun antar peserta diklat. Tak
ubahnya seperti ikatan cinta antara sepasang kekasih, keterikatan hati di dalam
proses belajar mengajar akan membuat masing-masing pihak berusaha memberikan
yang terbaik untuk menyenangkan pihak lain. Fasilitator dengan semangat
menggebu-gebu akan berusaha optimal memimpin kelas dengan cara yang paling
menarik, sedangkan peserta dengan antusias dan berlomba-lomba ikut aktif ambil
bagian dalam setiap kegiatan. Dengan demikian, Joyful Learning menjadi
sarana yang membuat fasilitator maupun peserta diklat menjadi betah menjalani
sesi demi sesi pelajaran sehingga hasilnya akan maksimal[14].
Pembelajaran yang menyenagkan apabila di
dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas tekanan, aman, menarik, bangkitnya
minat belajar, adanya ketelibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah,
lingkungan belajar yag menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi
tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenanangkan apabila
suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya,
tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajara
monoton, pembelajaran tidak menarik siswa [15].
3. Humor matematika
a.
Sejarah
Humor
Humor mungkin sudah ada sejak manusia mengenal bahasa,
atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin,
sudah menyatu dengan kelahiran manusia. Jika dilacak asal-usulnya, humor
berasal dari kata Latin umor yang berarti cairan . Sejak 400 SM, orang
Yunani Kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam
cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm),
empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy).
Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah
satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu. Darah menentukan suasana
gembira (sanguine), lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic),
empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam
untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai
karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah
menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi
angkuh, pendendam, ambisius, dan licik (Manser, 1989). Teori mengenai cairan
itu merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut
humor[16].
b.
Pengertian
Humor
Menurut
James Dananjaya Humor berasal dari istilah inggris yang mulanya memiliki
beberapa arti, namun semua berasal dari suatu istilah yang berarti cairan[17].
Humor identik dengan segala sesuatu yang lucu, yang
membuat orang tertawa. Pengertian awam tersebut tidaklah keliru. Dalam Ensiklopedia
Indonesia (1982), seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (1990), “Humor itu
kualitas untuk menghimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilannya atau
ketidakpantasannya yang menggelikan; paduan antara rasa kelucuan yang halus di
dalam diri manusia dan kesadaran
hidup yang iba dengan sikap simpatik.”[18]
Arwah Setiawan (dalam Suhadi, 1989), mengatakan sebagai
berikut: Humor itu adalah rasa atau gejala yang merangsang kita untuk tertawa
atau cenderung tertawa secara mental, ia bisa berupa rasa, atau kesadaran, di
dalam diri kita (sense of humor); bisa berupa suatu gejala atau hasil
cipta dari dalam maupun dari luar diri kita. Bila dihadapkan pada humor, kita
bisa langsung tertawa lepas atau cenderung tertawa saja; misalnya tersenyum
atau merasa tergelitik di dalam batin saja. Rangsangan yang ditimbulkan
haruslah rangsangan mental untuk tertawa, bukan rangsangan fisik seperti
dikili-kili yang mendatangkan rasa geli namun bukan akibat humor [19].
c.
teori humor
kaplan dan pascoe, menyatakan bahwa ada banyak teori
tentang humor, tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)
kelompok teori psikologi, (2) kelompok teori antropologi, dan (3) teori
kebahasaan.
1.
kelompok teori psikologi
Teori humor pada kelompok toeri psikologi terdiri dari
delapan subkelompok yaitu
a)
teori superioritas
menurut
teori ini asal atau sumber humor adalah “kelebihan” atau “keunggulan” atasn
orang atau pihak lain.
b)
teori revolusi
menurut teori ini humor dianggap telah muncul sejak awal
kehidupan manusia, sebelum proses kognitif yang kompleks terbentuk.
c)
teori inkongruitas
menurut
teori , humor akan terjadi apabila ada peningkatan ingkongruitas, apabila
sebaliknya yang terjadi,
yang akan muncul
bukan humor melainkan rasa heran.
d)
teori kejutan
pengikut teori ini mengungkapkan bahwa kejutan ,
pendadakan, atau ketiba-tibaan marupakan
kondisi yang dapat menimbulkan humor.
e)
teori kelepasan
fungsi
humor menurut teori ini , membebaskan orang dari keterkukungan dan dari
perasaan yang tidak enak atau penderitaan, atau bahkan juga dapat melepaskan
manusia dari “tekanan” yang berlebihan.
f)
teori konfigurasi
menurut
teori ini, adanya peningkatan pemahaman terhadap situasi yang ada (yang
dihadapi) akan memunculkan apresiasi secara tiba-tiba.
g)
teori psikoanalisis
teori
ini menyatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan cenderung utnuk menjurus kepada
pelepasan energi kejiwaan.
h)
teori ambivalensi
teori
ini menyatakan nahwa apabila timbul emosi atau perasaan yang bertentangan (
misalkan dengan perasaan pertama), situasi ini potensial untuk melahirkan
humor.
2.
kelompok teori antropologi
Humor
pada umumnya terjadi antara sekelompok manusia, setidak-tidaknya diantara dua
oramg insan. Seorang humoris dan pendengar humor haruslah berada dalam situasi
atau ikatan tertentu agar humor itu dapat terjadi.
Ilmu
antropologi yang mengkaji humor memusatkan diri pada relasi humor (joking relationship) diantara siapa saja
atau dalam ikatan kekerabatan yang bagaimana humor itu dapat terjadi.
3.
kelompok teori kebahasaan
Berdasarkan
teori ini, tingkah laku manusia ataupun kehidupan pribadinya telah tepapar dan
terekam dalam sebuah peta semantis. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
peta tersebut akan merusak keseimbangan dan akan menimbulkan kelucuan.[20]
d. kajian empiris tentang humor
1.
lima manfaat humor
Manfaat
humor antara lain :
a)
humor
sebagai pemikat perhatian siswa.\
b)
humor
membantu mangurangi kebosanan dalam belajar
c)
humor
membantu mencairkan ketengangan di dalam kelas.
d)
humor
membantu mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar
e)
humor
untuk memudahkan komunikasi dan interaksi[21].
2.
humoris
peringkat satu
Hasil penelitian
darmansyah yang dilaksanakan dengan memberikan kuis terhadap 240 orang
mahasiswa jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya yang terdiri dari
semester 2,4, dan 6. Pertanyaan yang diajukan bagaimana pendapat mereka tentang
dosen idela dan favorit yang paling banyak disukai. Untuk emnjawab pertanyaan
tersebut, mereka masing-masing dipersilahkan memilih 10 kata yang dianggap
paling mewakili sosok dosen ideal tersebut.
Hasil
tersebut mengungkapkan bahwa mahsiswa menempatkan kata “humoris” paling banayk
dipilih untuk menuliskan karakteristik dosen idela yang mereka senangi.
Penelitian ini menegaskan bahwa humor panting dalam proses pembelajaran.[22]
e.
contoh
humor dalam matematika
1. Uang 100 Ribu Dibagi 2
Guru: Lina, kamu punya uang seratus
ribu. se 1/2 bagian kamu beri Ibumu. Berapa sisa uangmu sekarang...?. Lina: pasti habis semua.
Guru: Kenapa kamu jawabannya ngawur?
Guru: Kenapa kamu jawabannya ngawur?
Lina: Yaaa.., bu guru tidak tahu
sifatnya ibu saya..
2. Ulangan Matematika
Pada suatu hari, Rio sedang mengerjakan ulangan matematika di sekolahnya. Isi ulangan tersebut hanyalah perkalian sembilan dari satu sampai sepuluh, namun Rio bingung.
Pada suatu hari, Rio sedang mengerjakan ulangan matematika di sekolahnya. Isi ulangan tersebut hanyalah perkalian sembilan dari satu sampai sepuluh, namun Rio bingung.
Jadi inilah yang dilakukan Rio:
1. Rio menulis nol sampai sembilan dari atas ke bawah.
2. Rio menulis nol sampai sembilan dari bawah ke atas.
1. Rio menulis nol sampai sembilan dari atas ke bawah.
2. Rio menulis nol sampai sembilan dari bawah ke atas.
Besoknya, Rio melihat ada angka 10
di kolom nilai ulangannya. Ternyata inilah yang dilakukannya:
1 x 9 = 09
2 x 9 = 18
3 x 9 = 27
4 x 9 = 36
5 x 9 = 45
6 x 9 = 54
7 x 9 = 63
8 x 9 = 72
9 x 9 = 81
10 x 9 = 90
2 x 9 = 18
3 x 9 = 27
4 x 9 = 36
5 x 9 = 45
6 x 9 = 54
7 x 9 = 63
8 x 9 = 72
9 x 9 = 81
10 x 9 = 90
Itulah hokinya si Rio pada hari
tersebut.[23]
Umur 2 Kali Lipat
Dua orang remaja mahasisiwi dari AMPTA, jurusan Perhotelan di Jogyakarta. Sedang berbicara asyik, tentang adik adiknya masing masing.
Dua orang remaja mahasisiwi dari AMPTA, jurusan Perhotelan di Jogyakarta. Sedang berbicara asyik, tentang adik adiknya masing masing.
Mati 1 Tumbuh 1000
Ara : ada 10 prajurit ditembak 2 sekarang tinggal berapa?
Dodi: ya tinggal 8 prajurit
Ara : salah yg bener 2008
Dodi: kok bisa?
Ara : kan mati 1 tumbuh 1000
Ara : ada 10 prajurit ditembak 2 sekarang tinggal berapa?
Dodi: ya tinggal 8 prajurit
Ara : salah yg bener 2008
Dodi: kok bisa?
Ara : kan mati 1 tumbuh 1000
Alasan Aja
Guru : Adi 5 x 5 berapa
Adi : 25 bu guru (jawab adi dengan santainya )
Guru : Bagus Pintaar, iwan kalau 6 x 6 berapa
iwan : titiga ppuluh ennam bu (sambil terbata iwan menjawab)
Guru : bagus juga, kamu tukul kalau 4x4 berapa?
Tukul : ah ibu, kalau giliran yang susah-susah tukul yang di suruh menjawab (sambil menundukan kepala tukul menjawab)
Guru :$#^&&(*)_(_&& ).[24]
Guru : Adi 5 x 5 berapa
Adi : 25 bu guru (jawab adi dengan santainya )
Guru : Bagus Pintaar, iwan kalau 6 x 6 berapa
iwan : titiga ppuluh ennam bu (sambil terbata iwan menjawab)
Guru : bagus juga, kamu tukul kalau 4x4 berapa?
Tukul : ah ibu, kalau giliran yang susah-susah tukul yang di suruh menjawab (sambil menundukan kepala tukul menjawab)
Guru :$#^&&(*)_(_&& ).[24]
4. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar, sebab belajar dan mengajar adalah
berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan.
Aktivitas siswa adalah
seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas ini
meliputi mendengar atau memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif,
membaca atau memahami kontekstual di buku siswa, menyelesaikan masalah atau
menemukan jawaban dan cara menjawab masalah kontekstual, mengemukakan pendapat
pada guru atau teman, berdiskusi atau bertanya antara sesama teman, berdiskusi
atau bertanya antara sesama siswa, menarik kesimpulan suatu konsep atau
prosedur, dan perilaku yang tidak relevan selama pembelajaran.
Berbagai macam aktivitas
dapat dilakukan siswa di dalam kelas. Paul B. diedrich membagi aktivitas
belajar siswa sebagai berikut:
a.
Visual activities,
seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
b.
Oral activities,
seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.
Listening
activities, seperti: mendengarkan.
d.
Writing
activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket.
e.
Drawing
activities, seperti menggambar, membuat grafik.
f.
Motor activities,
seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi.
g.
Mental activities,
seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil
keputusan.
h.
Emotional
activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
tenang, gugup.[25]
Setelah disesuaikan dengan
model pembelajaran berbalik (reciprocal
teaching) maka, aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti tabel berikut:
Tabel 4 : Aktivitas yang akan diamati
No
|
Indikator aktivitas
|
Aktivitas yang diamati
|
1
1
|
2
Visual activities
|
3
Membaca materi pelajaran yang dibantu oleh LKS
|
2
|
Oral activities
|
Bertanya sewaktu pelajaran
|
Menjawab pertanyaan
|
||
Mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
|
||
3
|
Mental activities
|
Menanggapi sewaktu berdiskusi
|
Memecahkan soal sewaktu berdiskusi
|
4.
Hasil
Belajar
Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Sebuah proses maka sudah barang
tentu harus ada yang diproses dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah
yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan
tingkah laku tersebut.
Hal
ini sejalan dengan pendapat Nasution tentang hasil belajar yaitu:
“ Suatu perubahan yang terjadi pada individu
yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri
pribadi individu yang belajar”.[26]
Sedangkan
Arikunto mendefenisikan bahwa hasil belajar itu merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar,
dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati atau
diukur.[27]
Jadi Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil
belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes.
Hasil belajar juga dapat dikatakan
sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui
kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan
membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga
macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan
dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat
diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah.[28]
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi Hasil belajar yaitu :
1.
Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2.
Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian
tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif.
Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang
mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
Hasil
belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.[29]
B.
Kerangka
konseptual
Berdasarkan masalah dan
teori yang telah ditemukan, maka peneliti dapat memberikan gambaran dalam
proses pembelajaran seorang guru, daalam menggunakan model pembelajaran
menyenaangkan dengan humor yang diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol. Kemudian diberikan tes dan hasilnya diperbandingkan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
Hasil belajar siswa yang mengikuti strategi
pembelajaran menyenangkan dengan humor lebih baik dari pada siswa yang tidak
mengikuti strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor di kelas VIII SMP
Negeri 6 Bukittinggi tahun pelajaran
2012/ 2013.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu
variabel
dengan variabel
lain[30].
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian pra-eksperimental yaitu penelitian
yang mengandung beberapa dari eksperimental, dalam jumlah yang kecil, karena
itu penelitian yang demikian itu tidak dapat dikatakan sebagai benar-benar
eksperimental[31].
B.
Rancangan
Penelitian
Rancangan penelitian
yang digunakan adalah The Static Group Comparison
Randomized Control Group Only Design. Dalam
rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Rancangan penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
C. Tabel II. Bagan Rancangan
Penelitian
Kelas
|
Perlakuan
|
Tes Akhir
|
(K) E
|
X
|
T2
|
(K) C
|
-
|
T2
|
Keterangan:
(K)
E : Kelas eksperimen
(K)
C : Kelas kontrol
X : Perlakuan yang diberikan pada kelas
eksperimen, yaitu pembelajaran dengan media komik.
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian.[33]
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 6 Bukittinggi,
yang terdaftar tahun ajaran 2012/2013.
2.
Sampel
Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[34]
Sampel yang dipilih haruslah dapat mewakili dan menggambarkan keseluruhan
karakteristik dari populasi.
maka
dalam penentuan sampel yang akan dilakukan langkah-langkah yang diambil adalah
sebagai berikut :
a. Mengumpulkan
data nilai ulangan harian 5 matematika kelas VIII SMPN 6 bukittinggi tahun
ajaran 2012/2013, kemudian dihitung ratanya.
b. Melakukan
uji normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk melihat apakah populasi berdstribusi normal atau tidak.
Dengan hipotesis
:
H0
= populasi berdistribusi normal
H1
= populasi tidak berdistribusi normal
Untuk
melihat sampel berdistribusi normal, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Tentukan
harga (
nilai rata-rata) dan s (standar deviasi)
2.
Tentukan
harga Zi dengan rumus : Zi = (xi - )/s
3.
Dengan menggunakan
daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (P <
Zi)
4.
Menghitung jumlah
proporsi skor baku yang lebih baku atau sama Zi yang dinyatakan
dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus:
5.
Menghitung selisih
F (Zi) – S(Zi), kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6.
Ambil harga mutlak
yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol Lo. Lo =
maks
7.
Bandingkan nilai Lo
yang diperoleh dengan nilai Lo yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika Lo ≤ Ltabel
maka Ho diterima.
Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa Lo <
Ltabel maka Ho diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi
berdistribusi normal.[35]
c.
Uji homogenitas variansi
Uji
homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai varian yang
hmogen atau tidak.
Hipotesis
yang dilakukan :
H0
= Data dari populasi mempunyai variansi homogen
H1
= Data dari populasi mempunyai variansi tidak homogen
Untuk
menentukan uji homogenitas, digunakan uji Bartlett yang langkah-langkahnya :
1.
Hitung
variansi masing-masing kelompok
2.
Hitung
variansi gabungan dari populasi menggunakan rumus :
S2
3.
Menghitung harga
satuan bartlett,
dengan rumus: B =
4.
Menghitung harga satuan chi-kuadrat (X2)
dengan rumus: X2
=
5.
Membandingkan X2
hitung dengan X2 tabel dengan kriteria bila X2 hitung < X2 tabel untuk taraf maka populasi homogen.[36]
Untuk
mendapatkan data yang lebih akurat, penulis juga menggunakan software Minitab
dengan uji Bartlett.
d.
Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun
langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata populasi adalah :
1.
Membuat hipotesis
H0 :
µ1 = µ 2 = µ3 = µ4 = µ 5 = µ6
= µ7
H1 :
Sekurang-kurangnya dua rata-rata tidak sama
2. Menentukan
taraf nyata (α)
3. Menentukan
wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus
f > f α
[ k – 1, N – K].
4. Menentukan perhitungan dengan bantuan tabel
Tabel 3. :
Data hasil belajar siswa kelas populasi.
Populasi
|
|||||
1
|
2
|
3
|
K
|
||
X11
X12
…
X1n
|
X21
X22
…
X2n
|
X31
X32
…
X3n
|
Xk1
Xk2
…
Xkn
|
||
Total
|
T1
|
T2
|
T3
|
Tk
|
T…
|
Nilai
Tengah
|
X1
|
X2
|
X3
|
Xk
|
X…
|
Perhitungannya
dengan menggunakan rumus :
-
Jumlah Kuadrat
Total (JKT) : -
Jumlah Kuadrat
untuk Nilai Tengah Kolom (JKK):
-
Jumlah Kuadrat
Galat (JKG) : JKT – JKK
Masukkan data
hasil perhitungan ke tabel berikut :
Tabel
4. Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas
Populasi.
Sumber
Keragaman
|
Jumlah Kuadrat
(JK)
|
Derajat Bebas
(dk)
|
Kuadrat Tengah
|
Fhitung
|
Nilai tengah
kolom
|
JKK
|
k-1
|
||
Galat
|
JKG
|
N-K
|
||
Total
|
JKT
|
N-K
|
5. Keputusannya.
Ho
diterima jika f < f α [ k – 1, N – K]
Ho
ditolak jika f >f α
[ k – 1, N – K].
Analisis
variansi dilakukan dengan cara teknik ANAVA satu arah dengan f < f α
[ k – 1, N – K].[37]
e.
Setelah diadakan
pengujian terbukti kelas Jika populasi berdistribusi normal, mempunyai variansi
yang homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka diambil sampel dua kelas
secara loting dan kelas yang terambil pertama ditetapkan sebagai kelas
eksperimen dan kelas yang kedua ditetapkan sebagai kelas kontrol.
D.
Variabel
dan Data
1.
Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, atau peristiwa
yang dapat diukur secara kulitatif ataupun secara kuantitatif.[38] Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a.
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan komik pada mata pelajaran matematika di kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
b.
Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
2.
Data
a.
Jenis
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber utamanya.[39] Data primer dalam penelitian ini adalah tentang
aktifitas, dan hasil belajar matematika siswa yang di peroleh setelah mengadakan
eksperimen.
2) Data sekunder yaitu data yang telah tersusun dalam bentuk
dokumen- dokumen atau data yang telah diarsipkan.[40] Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai ulangan
harian matematika kelas
VIII semester I tahun 2012/2013.
b.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang
peneliti himpun sendiri dalam penelitian ini. Sumber datanya adalah dari siswa
kelas VII SMPN 6 Bukittinggi yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
2) Data sekunder
Sumber
data sekunder merupakan sumber data yang sudah diarsipkan yang diperoleh dari
orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari
Tata Usaha dan guru bidang studi matematika SMPN 6 Bukittinggi.
E.
Prosedur
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan
Hal-hal yang dilakukan dalam
persiapan ini adalah :
a.
menetapkan jadwal penelitian
b.
menetapkan sampel dengan cara random sample yaitu setiap kelas memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih jadi sampel. Dalam penelitiaan ini peneliti hanya
menjadikan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c.
Menyusun
humor matematika yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan saat
penelitian.
d.
Merancang
Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk masing-masing kelas.
e.
Mermbuat
kisi-kisi soal tes hasil belajar
f.
Menyusun
soal tes yang sesuai denmgan kisi-kisi yang telah dibuat.
g.
Mempersiapkan
lembar observasi untuk mencatat aktifitas siswa.
h.
Melakukan
validasi soal tes akhir, dan lembar aktifitas siswa.
i.
Mempersiapkan
observer.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pembelajaran pada masing-masing
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas
eksperimen menggunakan pembelajaran menyenangkan dengan humor dengan metode diskusi sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi
tanpa disertai humor,
dan menuliskan Langkah-langkah kegiatan pada kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran menyenangkan dengan humor dan
kelas kontrol menggunakan metode diskusi tanpa disertai humor.
3. tahap penyelesaian
Pada tahap ini
peneliti akan memberi kan tes akhir untuk melihat hasil belajar siswa, tes
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dilakukan analisis
untuk menguji hipotesis.
F. Instrument
Penelitian
1.
Lembar
Observasi
Lembar
observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri
individu aktif dan nantinya akan divalidasi oleh tiga orang validator. Lembar observasi
ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa selama proses
model pembelajaran berbalik (reciprocal
teaching) berlangsung.
Aktivitas
yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10 : Aktivitas yang akan diamati
No
|
Indikator aktivitas
|
Aktivitas yang diamati
|
1
|
Visual activities
|
membaca materi pelajaran yang dibantu oleh
LKS
|
2
|
Oral activities
|
Bertanya sewaktu pelajaran
|
Menjawab pertanyaan
|
||
Mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
|
||
3
|
Mental activities
|
Menanggapi sewaktu berdiskusi
|
Memecahkan soal sewaktu berdiskusi
|
2.
Tes Hasil
Belajar
Tes yang akan diujikan
dalam tes akhir dibuat dalam bentuk essay dan dibuat sendiri oleh peneliti.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari
kurikulum
2. Membuat
kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel
yang memuat tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, rincian
materi yang akan diujikan. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam
pembuatan soal.
3. Menyusun
tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal
yang akan dilakukan, yaitu:
a.
Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.
b.
Mempelajari dan memahami teknik pembuatan soal essay
dan membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai dengan kisi-kisi
soal.
c.
Membuat kunci jawaban
4. Melakukan
validasi tes
Validasi tes yang akan digunakan adalah
validitas isi yaitu validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang
diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.[41]
Jadi, untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan kepada
guru mata pelajaran dan dosen.
5. Uji
coba tes.
6. Analisis
soal tes
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka
lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu
mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang diteliti secara
sadar.[42]
Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan
korelasi product moment yaitu:
Keterangan
=
koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
=
Jumlah testee
=
jumlah perkalian antara skor item dan skor total
=
jumlah skor item
=
jumlah skor total
Koefesien
korelasi selalu terdapat antar -1,00 sampai +1,00. Kriteria yang digunakan untuk validitas yaitu:
Antara 0,800
sampai dengan 1,00: sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat
rendah[43]
b. Reliabilitas soal tes
Reliabilitas tes merupakan
ukuran ketepatan alat penelitian dalam menunjukkan sesuatu yang hendak diukur.
Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan
rumus:
Keterangan:
= koefesien reliabilitas tes
= banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam
tes
Σ = jumlah varian skor dari tiap item
= varian total
Kriteria yang digunakan
untuk menentukan tingkat reliabilitas soal adalah:
1)
Jika 0,80 < ≤ 1,00 maka reliabilitas soal sangat tinggi
2)
Jika 0,60 < ≤ 0,80 maka reliabilitas soal tinggi
3)
Jika 0,40 < ≤ 0,60 maka reliabilitas soal sedang
4)
Jika 0,20 < ≤ 0,40 maka reliabilitas soal rendah
c. Menghitung indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal
digunakan untuk melihat apakah soal tersebut rendah sedang, atau sulit.
Cara menentukan indeks kesukaran butir soal
digunakan rumus:
Keterangan:
= indeks kesukaran tes
= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh
kelompok tertinggi
= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh
kelompok rendah
= skor setiap soal jika benar
= 27% dari peserta tes
Adapun kriteria tingkat
kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
< 27% = sukar
27% ≤ ≤ 73% = sedang
73% < = mudah[45]
d. Menghitung indeks pembeda
Indeks pembeda soal adalah
kemampuan suatu butir item soal untuk dapat membedakan testee yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah.
Cara menentukan daya pembeda soal, digunakan
rumus:
Keterangan:
= indeks pembeda soal
= Rata-rata skor dari kelompok tertinggi
= rata-rata skor dari kelompok rendah
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok
tertinggi
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok rendah
= 27% dari pengikut tes
Adapun kriteria tingkat
pembeda soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
0,4 – 1 = Baik Sekali
0,3 – 0,39 = Baik
0,2 – 0.29 = Sedang
0 – 0,19 = Jelek[46]
e. Klasifikasi soal
Setelah soal dianalisis,
soal dapat diklasifikasikan menjadi soal yang dapat dipakai, diperbaiki, atau
diganti.
Klasifikasi soal sebagai berikut:
1.
Soal dipakai jika signifikan dan 0% < ≤ 100%
2.
Soal diperbaiki jika:
signifikan dan = 0% atau = 100%
tidak signifikan dan 0% < ≤ 100%
G. Teknik
Analisis Data dan Uji Hipotesis
Dalam penelitian
ini analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :
1. Statistik
deskriptif
Statistik
deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan
menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas
dan jelas mengenai suatu keadaan sehingga dapat ditarik pengertian atau makna
tertentu.[48]
Statistik deskriptif ini juga merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk
memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap ketiga variabel, yakni
kreativitas, gaya belajar, dan prestasi belajar siswa disajikan melalui
analisis deskriptif. Besaran statistik deskriptif antara lain rata-rata (mean),
nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode), simpangan baku
(standard deviation). Data setiap variabel penelitian ditampilkan dalam
bentuk distribusi normal dan gambar grafik. Disamping itu ditentukan pula besarnya nilai presentase frekuensi.
Rumus yang
digunakan untuk mempersentasekan besarnya nilai frekuensi adalah sebagai
berikut :
Keterangan
:
f
= persentase distribusi frekuensi
f(abs)
= frekuensi absolut
N
=
jumlah total responden
Selanjutnya
untuk mempermudah penentuan klasifikasi kondisi tiap-tiap variabel maka
ditentukan perhitungan panjang kelas interval. Rumus yang dipakai untuk
menghitung panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
Keterangan
:
P = panjang kelas interval
Rentang
= data tertinggi – data terendah[49]
Selanjutnya
menentukan kecenderungan variabel. Pengkategorian dilaksanakan berdasarkan Mean
Ideal dan Standart Deviation Ideal yang diperoleh:
Tingkat
kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan menjadi empat macam dengan ketentuan
sebagai berikut:
x
≥
(Mi + 1. SDi) :
tinggi
(Mi
+ 1. SDi) > x ≥ Mi : cukup
Mi
> x ≥ (Mi – 1. SDi) : kurang
2. Statistik
Inferensial
Statistik
inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah
digunakannya rumus statistik tertentu
(misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Dengan demikian statistik
inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi
populasi.[51]
a. Pengujian Persyaratan analisis
1)
Uji
Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji
Lilieford dan dengan menggunakan
software MINITAB.
2)
Uji
Homogenitas
Untuk
keperluan uji homogenitas variansi data variabel kelompok Y (Hasil Belajar
Matematika) atas X1 (Kreativitas) dan X2 (Gaya Belajar) dilakukan dengan uji
Bartlett yang berfungsi menguji homogenitas variansi antar kelompok.[52]
b. Pengujian Hipotesis
1)
Pengaruh
kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa secara
bersama-sama
a. Persamaan regresi
Adapun rumus regresi linier
berganda adalah:
Y = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel bebas
pertama
b2 = Koefisien regresi variabel bebas
kedua
X1 = Variabel bebas pertama yaitu
kreatifitas
X2 = Variabel bebas pertama yaitu gaya
belajar
Koefisien regresi a dan b
dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
n = ukuran data
Xi = Variabel
bebas ke i
b.
Koefisien
korelasi
Digunakan untuk melihat hubungan antara
dua atau lebih variabel bebas X secara
bersama-sama dengan satu variabel terikat Y. Koefisien korelasi ganda
dirumuskan sebagai berikut:
Ket:
kuadrat koefisien korelasi sederhana dari
variabel bebas ke 1 dengan variabel terikat y
kuadrat koefisien korelasi
sederhana dari variabel bebas ke 2 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2 [54]
Untuk keperluan
perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi)
berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi
= Variabel bebas ke i
Yi
= Variabel terikat ke i
Pada koefisien korelasi product moment, tanda
(+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi
berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1;
artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.[55]
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0 : tidak berkorelasi
0,01
– 0,20 : sangat rendah
0,21
– 0,40 : rendah
0,41
– 0, 60 : agak rendah
0,61 – 0,80 : cukup
0,81
– 0,99 : tinggi
c.
Koefisien
Determinasi berganda
Jika
ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan rumus koefisien
determinasi berganda.
Dari
koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi berganda dapat dihitung
yaitu:
KD = r2 x 100%[57]
d.
Pengujian
hipotesis regresi berganda
Digunakan uji F,
uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama atau simultan
antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Terlebih dahulu diajukan
hipotesis:
H0 : tidak ada pengaruh kreatifitas dan gaya
belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
H1 :
ada pengaruh kreatifitas dan gaya belajar secara bersama-sama terhadap
hasil belajar matematika siswa
adapun
rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut :
Keterangan:
= Jumlah kuadrat regresi
= Jumlah kuadrat residu
n = banyak data
k = banyak variabel bebas
Untuk
menentukan kriteria pengujian, maka membandingkan nilai thitung dengan nilai
ttabel. Apabila Fhitung Ftabel, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Apabila Fhitung > Ftabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Taraf yang digunakan
biasanya 5% (0,05) atau 1% (0,01).[58]
2)
Pengaruh
kreatifitas dan gaya belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa secara parsial
a. Persamaan regresi
Menggunakan
regresi linier sederhana, regresi linier sederhana adalah regresi linier yang
mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang
bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk digunakan sebagai
prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Adapun rumus rumus
regresi linier sederhana adalah:
, dan
Keterangan:
Y = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel bebas
pertama
b2 = Koefisien regresi variabel bebas
kedua
X1 = Variabel bebas pertama yaitu
kreatifitas
X2 = Variabel bebas pertama yaitu gaya
belajar
b. Uji linieritas
Pemeriksaan
kelinearan regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa regresi
linier melawan hipotesis tandingan yaitu regresi tidak linier.
Uji ini
dilakukan dengan mencari nilai uji F dengan rumus:
Ket:
= rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok
= rata-rata jumlah kuadrat
tuna error
c.
Uji
hipotesis regresi sederhana
Untuk
mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara
parsial, maka dilakukan uji t. Terlebih dahulu diajukan hipotesis.
Hipotesis
yang diajukan yaitu:
H0
:
1.
tidak ada pengaruh kreatifitas terhadap
hasil belajar matematika siswa
2.
tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa
H1
:
1.
ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil
belajar matematika siswa
2.
ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa
Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan
b = Koefisien regresi
β = Probabilitas interval
Sb =
Standart error
Setelah dilakukan analisis data dan
diketahui hasil perhitungannya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan
nilai thitung dengan nilai ttabel. Kriteria untuk
penerimaan dan penolakan suatu hipotesis adalah jika nilai thitung
ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Nilai thitung ttabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. atau dengan
melihat signifikansi t alpha 0,005 maka H0 diterima dan H1
ditolak.[60]
d. Koefisien Korelasi sederhana
Untuk keperluan
perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan sekumpulan data (Xi,Yi)
berukuran n maka dapat digunakan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi = Variabel
bebas ke i
Yi = Variabel
terikat ke i
Pada koefisien korelasi product
moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan
adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0
(nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling
rendah adalah 0.[61]
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0 : tidak berkorelasi
0,01
– 0,20 : sangat rendah
0,21
– 0,40 : rendah
0,41
– 0, 60 : agak rendah
0,61 – 0,80 : cukup
0,81
– 0,99 : tinggi
e. Koefisien determinasi sederhana
Jika ingin mengetahui
besarnya sumbangan atau peranan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat
dihitung dengan rumus koefisien determinasi. Jika persamaan regresi linier Y
dan X telah ditentukan dan sudah dapat koefisien arah b, maka koefisien r2
dapat ditentukan oleh rumus:
Dari nilai koefisien korelasi
dapat dihitung koefisien determinasi
yaitu dengan rumus :
KD = r2 x 100%[64]
f. Korelasi parsial
Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan
kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y, yang salah satu
bagian variabel bebasnya dianggap konstan atau tetap. Untuk mengontrol pengaruh
variabel kreativitas (X1) ataupun variabel gaya belajar (X2),
dilakukan pengujian korelasi parsial. Jika pengaruh variabel kreativitas (X1)
ataupun pengaruh variabel gaya belajar (X2) dikendalikan (dikontrol)
maka diperoleh koefisien korelasi parsial dengan harga tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
koefisien korelasi parsial adalah:
ü Hubungan
antara variabel kreatifitas dengan hasil belajar , apabila variabel gaya
belajar dianggap tetap atau konstan :
ü Hubungan
antara variabel gaya belajar dengan hasil belajar , apabila variabel kreatifitas
dianggap tetap atau konstan :
Ket:
koefisien korelasi parsial dengan mengontrol
variabel bebas gaya belajar (X2)
koefisien korelasi parsial dengan mengontrol
variabel bebas kreatifitas (X1)
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 2 dengan variabel terikat y
koefisien korelasi sederhana dari variabel
bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2[65]
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin, 2007. pendidikan
humanistic, Jogjakarta:Ar-Ruzz media grup
Erman Suherman, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:JICA
Darmansyah, 2011. Strategi pembelajaran menyenagkan dengan
humorjakarta: bumi aksara,
Syah Muhibbin, 2007. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosa Karya
Baharuddin dkk, 2010. teori
belajar dan pembelajaran, Jogjakarta:Ar-Ruz media
Kunandar, 2010. guru professional jakarta:rajawali pers.
http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/jgri1331699416.pdf
diakses tanggal 19 januari 2013
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/medan/index.php?option=com_content&view=article&id=136:pengajar-cerdas-dengan-joyful-learning&catid=10:umum
diakses tanggal 21 januari 2013
content/uploads/2009/10/Sejarah-Teori-Jenis-dan-Fungsi-Humor.pdf
diakses tanggal 21 januari 2013
http://pucuk.wordpress.com/category/humor-matematika/
diakses tanggal 21 januari 2013
Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, 1982 .Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jakarta:
Grasindo
Suharsimi Arikunto, 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara
Nana
Sudjana, 2004. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya,
Sumadi Suryabrata, 2004.
Metodologi Penelitian, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada,
Ronal, E. Walpole, 1993.
Pengantar Statistika. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka.
M. Chabib Thoha, 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Grafindo.
Suharsimi Arikunto, 1999
Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara
Pratiknyo
Prawironegoro, 1985. Evaluasi Hasil
Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, Jakarta: C.V Fortuna.
Anas Sudijono, 2008 Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Sugiyono, 2009 . Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Bandung: CV Alfa Beta.
Mardapi Djemari,
2008 Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes, Yogyakarta: Mitra
Cendeki
Ali
Sambas Muhidin,dkk, 2009 Analisis Korelasi
, Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,),h.31
Husaini Usman, 2009, Pengantar Statistika, Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, 2003. Metode
Statistika, Bandung: Tarsito
[1]
Baharuddin, pendidikan humanistic(Jogjakarta:Ar-Ruzz
media grup,2007)hal 23
[2]
Baharuddin, pendidikan humanistic(Jogjakarta:Ar-Ruzz
media grup,2007)hal 24
[3]
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:JICA
2001), hal. 29
[7] Muhibbin
Syah. Psikologi Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosa Karya ) hal: 90
[8]
Baharuddin
dkk, teori belajar dan pembelajaran(Jogjakarta:Ar-Ruz
media, 2010) hal 13
[9]
Kunandar, guru professional (jakarta:rajawali pers, 2010)hal 287
[10]
Erman suherman, strategi....
hal 9
[13]
http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/jgri1331699416.pdf
[17] Darmansyah, strategi…., h
65
[20]
Darmansyah, strategi....., hal
95-101
[21]
Darmansyah, strategi....hal 102-106
[22]
Darmansyah, strategi....hal 107-111
[24]
http://pucuk.wordpress.com/category/humor-matematika/
[25] Sardiman,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.101
[26]
Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar,(
Jakarta: Grasindo,1982) hal.25
[27]
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Hal.133
[28] Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar, ( Bandung: Rosda Karya, 2004), Hal.22
[29] Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1989), Hal.111
[30]
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet.ke-16, h. 88
[31]
Sumadi Suryabrata,..., h.99
[33] Suharsimi Arikunto, Prosedur…,
h.130
[34] Suharsimi Arikunto,….h.131
[36]
Sudjana, … , h.261
[37]
Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka, 1993), h. 383
[39]
Sumadi Suryabrata,...h.84
[41] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Grafindo, 1996), h.111
[43]
M. Chabib Thoha, Teknik…, h.115
[44] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal
Bidang Studi Matematika, (Jakarta: C.V Fortuna, 1985), h.4
[46] Pratiknyo, Evaluasi …, h.11
[47] Pratiknyo, Evaluasi …, h.16
[48]
Anas Sudijono, Pengantar Statistik
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4
[49] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, ( Bandung: CV Alfa
Beta, 2009), h.189
[50]
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrunen
Tes dan Non Tes, (Yogyakarta: Mitra Cendeki, 2008),h.123
[51] Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung:
Pustaka Setia,2009),hal 53
[52]
Sudjana, Metode Statistika,( Bandung:
Tarsito, 2003),hal 261
[53]
Sudjana, … , h.315
[54]
Sudjana, … , h.385
[55]
Anas Sudijono,Pengantar Statistik
pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.186
[56]
Husaini Usman, Pengantar Statistika,
( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[57]
Jonatan Sarwono, … , h.89
[58]
Sudjana, … , h.355
[59]
Sambas Ali Muhidin,dkk, Analisis Korelasi
, Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia,2009). Hal 89
[60]
Sudjana, … , h.325
[61]
Anas Sudijono,Pengantar Statistik
pendidikan,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.186
[62]
Husaini Usman, Pengantar Statistika,
( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
[63]
Sudjana, … , h.369-370
[64]
Jonatan Sarwono, … , h.89
[65]
Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.132